Blokir Konten Web dengan Teknik Squid + Dansguardian

Sekedar berbagi pengalaman tentang melakukan blokir konten dengan teknik Squid dan Dansguardian. Kami kurang tahu secara pasti apakah penggunaan metode Squid dan Dansguardian menyerupai teknik Squid Guard yang konon digunakan oleh DepKomInfo dalam melakukan pemblokiran konten website, dugaan kami sih tidak berbeda jauh.

Lebih jauh tentang pembuatan Proxy Server dengan aplikasi Squid dan Add On Dansguardian bisa di search di blog ini karena sudah pernah kami posting sebelumnya. Disini kami akan berbagi pengalaman saat menerapkan teknik ini di kantor kami.

Teknik pemblokiran yang kami lakukan kala itu adalah menggunakan 4 metode :

1. Blokir IP
Kami akan melakukan listing terhadap IP yang diduga berisikan konten porno, kebanyakan berbentuk FTP Server, Proxy Server, Redirector, dll

Kesulitan kami disini adalah melakukan pelacakan terhadap IP suspect, sedangkan setiap harinya tumbuh ratusan bahkan ribuan IP suspect

Bahkan tidak jarang IP yang sebelumnya masuk kategori suspect kini tidak lagi menyediakan konten porno hingga list IP harus terus diperbaharui setidaknya sekali dalam seminggu.

2. Blokir Domain
Ini sedikit lebih mudah dilakukan namun tetap saja harus memerlukan pemeriksaan konten di setiap domain, pekerjaan ini cukup menguras waktu dan tenaga, hingga akhirnya menemukan kasus dalam sebuah domain, ada URL yang porno dan ada URL yang tidak porno, mau tidak mau kami harus menerapkan teknik ke 3.

3. Blokir URL
Pekerjaan ini sungguh berat karena harus melakukan pemeriksaan halaman demi halaman web yang di suspect mengandung konten pornografi. Pekerjaan besar ini yang akhirnya menggiring kami melakukan opsi no 4.

4. Blokir Phrase
Teknik ini jauh lebih mudah, kita cukup memasukan kata – kata yang diduga berkaitan dengan pornografi lalu DansGuradian akan melakukan pemeriksaan setiap halaman web yang akan diakses, bila ditemukan kata – kata yang berbau pornografi, maka halaman web itu akan di blok.

Sekilas teknik Blokir Phrase terlihat sederhana dan praktis, namun tanpa disadari bahwa teknik ini yang justru menghancurkan semua skenario.

Permasalahan – permasalahan mulai timbul seperti kemampuan server karena cache yang berkembang pesat hingga memerlukan server dengan hard disk yang besar dan mampu bekerja dengan cepat.

Kegagalan hardware berimbas pada melambatnya koneksi internet secara keseluruhan karena semua user harus melalui Proxy Server terlebih dahulu sebelum benar – benar mengirimkan request data ke web server dan begitu pula sebaliknya.

Keterlambatan refresh time out berimbas pada tidak update nya sebuah web site, kalau tidak salah secara default server akan melakukan refresh data setiap 5 jam, bila hal ini diterapkan maka web yang memiliki update konten yang cepat tidak dapat ditampilkan ke user dengan valid data

Namun sebaliknya bila refresh time diturunkan maka beban server akan meningkat, tentu sebuah pilihan yang tidak menyenangkan.

Belum lagi banyak ditemui, konten – konten yang tidak berbau pornografi ikut terblokir seperti Passenger Manifest. Passenger Manifest adalah sebuah dokumen yang berisikan data – data keberangkatan penumpang yang standar internasionalnya harus menyertakan nama ( Name ), jenis kelamin ( Sex ), no tempat duduk ( Seat Number ), dll.

Kesulitan – kesulitan inilah yang berbuah malapetakan bagi kami saat itu hingga akhirnya kami lebih memilih metode USER EDUCATION daripada memaksakan blokir konten.

Kini kami tidak perlu memaksakan pelaksanaan blokir konten karena user – user kami sudah dewasa secara mental dan dapat menggunakan internet secara sehat dengan sendirinya.