Pesawat tidak sekadar memilih ketinggian secara sembarangan. Keputusan ini merupakan gabungan dari prinsip sains, pertimbangan efisiensi, dan peraturan ketat yang menjamin keamanan semua orang di langit.

Kunci utamanya terletak pada tekanan udara. Pesawat menggunakan alat yang disebut altimeter untuk mengukur ketinggian. Alat ini tidak mengukur jarak secara langsung, melainkan membaca tekanan udara di luar pesawat. Semakin tinggi pesawat naik, udara akan semakin renggang dan tekanannya pun turun. 

Altimeter lalu mengubah informasi penurunan tekanan ini menjadi angka ketinggian yang terlihat di kokpit. Sebelum lepas landas, pilot selalu menyetel altimeter sesuai dengan informasi tekanan udara terbaru dari bandara. Kalibrasi ini memastikan semua pesawat memiliki acuan yang sama, sehingga pembacaan ketinggian mereka seragam dan tabrakan dapat dihindari.

Selain itu, ada “aturan lalu lintas” di langit yang harus dipatuhi. Mirip dengan jalur di jalan tol, pesawat terbang pada ketinggian tertentu berdasarkan arah penerbangannya. Aturan tidak tertulisnya adalah: pesawat yang menuju arah timur menggunakan ketinggian ganjil, sementara yang menuju barat menggunakan ketinggian genap. Pembagian ini menciptakan semacam jalur terpisah yang aman untuk lalu lintas udara yang berlawanan arah.

Lalu, mengapa pesawat komersial memilih ketinggian antara sembilan hingga dua belas kilometer? Jawabannya adalah efisiensi. Di ketinggian ini, udara yang lebih tipis mengurangi gaya hambat pada badan pesawat, sehingga bahan bakar yang digunakan bisa jauh lebih hemat. 


Ketinggian pesawat adalah hasil dari harmoni antara hukum fisika, teknologi canggih, dan prosedur operasi yang terstandardisasi. Ini semua dilakukan untuk memastikan setiap penerbangan berlangsung dengan aman, lancar, dan efisien dari awal hingga akhir.


By Gusde

Leave a Reply