Jalan menuju Kintamani di pagi hari saat Galungan dan Kuningan selalu menghadirkan suasana khas yang sulit ditemukan di hari-hari biasa. Udara sejuk dari perbukitan, langit yang perlahan menguning oleh sinar matahari, serta aroma canang dan dupa yang terbawa angin membuat perjalanan terasa begitu sakral dan menenangkan.
Memasuki kawasan desa-desa di kaki Gunung Batur, mata langsung dimanjakan oleh deretan penjor yang berdiri anggun di depan setiap rumah. Penjor yang menjulang tinggi dengan janur kuning melambai lembut dihembus angin pagi menjadi simbol kemenangan Dharma sekaligus memberi nuansa meriah namun tetap penuh kedamaian.
Di sepanjang jalan, terlihat warga Bali yang baru selesai ngaturang banten atau tengah bersiap menuju pura, mengenakan pakaian adat rapi. Warna-warna cerah kamen, selendang, serta kebaya berpadu harmonis dengan lanskap hijau perbukitan Kintamani yang menyegarkan mata.
Semakin mendekati Kintamani, udara berubah semakin dingin dan berembun. Kabut tipis menyelimuti pepohonan, menciptakan suasana mistis namun damai. Banyak pengendara sengaja memperlambat laju motor atau mobil mereka untuk menikmati keindahan pagi hari sebuah momen yang jarang bisa didapatkan pada waktu lain.
Tak jarang, aroma jaje Galungan dari rumah-rumah penduduk ikut tercium sepanjang perjalanan. Suasana kekeluargaan terasa kuat, seolah seluruh desa bergerak dalam satu irama budaya yang sama.
Perpaduan antara hawa sejuk pegunungan, pemandangan penjor, aktivitas masyarakat Bali, dan cahaya matahari pagi yang lembut menjadikan jalan menuju Kintamani saat Galungan dan Kuningan sebagai salah satu pengalaman terbaik untuk dirasakan langsung.
Jika kamu ingin merasakan suasana Bali yang paling autentik, perjalanan pagi menuju Kintamani di hari raya ini adalah pilihan yang sempurna tenang, indah, dan penuh makna spiritual.