@balikami
@balikami

Galungan dan Kuningan adalah dua momen suci yang merayakan kemenangan dharma melawan adharma — kemenangan kebaikan atas segala bentuk ketidakseimbangan.
Tradisi ini bukan sekadar serangkaian ritual, tetapi jejak warisan leluhur yang terus hidup dalam setiap generasi Hindu Bali. 🌿

Penjor: Simbol Kesucian dan Rasa Syukur

Saat Galungan tiba, penjor menjulang anggun di tepi jalan, halaman rumah, hingga depan pura.
Lengkungannya yang indah bukan hanya dekorasi, tetapi simbol:

  • Rasa syukur atas hasil bumi 🌾
  • Kehadiran Hyang Widhi dalam keseharian
  • Kemenangan dharma
  • Hubungan harmonis manusia dengan alam dan Sang Pencipta 🌸🙏

Setiap unsur di penjor — mulai dari janur, padi, hingga sampian — memuat makna yang dalam tentang keseimbangan hidup.

Galungan: Hari Saat Dharma Bersemayam

Galungan menjadi momen umat Hindu Bali menegakkan dharma dalam diri.
Melalui persembahyangan, banté, dan doa, umat memohon agar pikiran selalu terang dan langkah tetap berada di jalan kebajikan. ✨

Kuningan: Penutup Penuh Cahaya

Sepuluh hari setelah Galungan, tibalah Kuningan.
Kuningan menjadi hari ketika cahaya dharma dipertegas kembali — simbolisasi kebijaksanaan, kedamaian, dan rasa tenteram dalam hati.
Bantén kuningan yang berwarna kuning menjadi lambang kemurnian dan kejernihan batin. 🌼

Tradisi yang Tetap Hidup Sampai Kini

Meski zaman berubah, nilai Galungan dan Kuningan tetap abadi.
Di setiap rumah, di setiap pura, di setiap penjor yang tegak berdiri, terlihat bagaimana budaya dan spiritualitas Bali selalu terjaga dari generasi ke generasi.

Ingin Lihat Lebih Banyak Cerita Tentang Budaya Bali?

Jangan lupa follow @balikami untuk konten budaya, tradisi, dan pesona Bali lainnya. 🌺✨


By Krisna

Leave a Reply