
Warisan Budaya yang Menyatukan Masyarakat
Setiap tahunnya, Desa Kapal di Kabupaten Badung menjadi pusat perhatian berkat tradisi Siat Tipat Bantal — sebuah ritual yang tak hanya menarik secara visual, tetapi juga kaya akan filosofi kehidupan.
Tradisi ini dilaksanakan sebagai simbol keseimbangan antara unsur purusa (laki-laki) dan pradana (perempuan), dua unsur penting yang melambangkan keharmonisan alam semesta dalam ajaran Hindu Bali.
Makna Filosofis di Balik Lemparan Tipat dan Bantal
Dalam prosesi ini, masyarakat saling melempar tipat (ketupat) dan bantal (lontong) sebagai lambang kesuburan dan keberkahan.
Meskipun tampak seperti permainan, setiap lemparan sebenarnya mengandung doa agar tanah menjadi subur, rezeki lancar, dan hubungan antarwarga tetap harmonis.
Tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa dalam hidup, keseimbangan antara kekuatan maskulin dan feminin, keras dan lembut, logika dan perasaan, adalah kunci keharmonisan yang sejati.
Harmoni, Kebersamaan, dan Rasa Syukur
Selain bermakna spiritual, Siat Tipat Bantal juga menjadi momen kebersamaan warga Desa Kapal.
Suasana riang dan penuh tawa menggambarkan semangat gotong royong dan persaudaraan yang masih kental di tengah masyarakat Bali modern.
Tradisi ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai leluhur tetap hidup dan diwariskan lintas generasi, menjaga identitas budaya Bali agar tetap kokoh di tengah arus perubahan zaman.
📍 Lokasi: Desa Kapal, Kabupaten Badung
💬 Bagaimana menurutmu tradisi unik ini? Sudah pernah menyaksikannya langsung?
📲 Ikuti terus @balikami untuk mengenal lebih dalam warisan budaya dan tradisi Bali yang menakjubkan.