
Semarak Menjelang Nyepi yang Penuh Kreativitas
Tak terasa, musim ogoh-ogoh sudah di depan mata! Setiap sudut Bali mulai dipenuhi semangat, tawa, dan suara gamelan yang mengiringi proses pembuatan ogoh-ogoh. Semeton sareng sami kembali bergotong royong, menuangkan kreativitas dalam karya seni raksasa yang akan memeriahkan malam pengerupukan menjelang Hari Suci Nyepi.
Sejarah Awal Mula Ogoh-Ogoh
Tradisi ogoh-ogoh bermula pada abad ke-20 sebagai bagian dari perayaan Nyepi di Bali. Ogoh-ogoh awalnya dibuat sebagai representasi roh jahat atau Bhuta Kala yang dipercaya mengganggu manusia. Dengan parade ogoh-ogoh pada malam pengerupukan, masyarakat Bali melambangkan pembersihan lingkungan dan diri dari energi negatif, sekaligus menyeimbangkan alam semesta sesuai ajaran Tri Hita Karana.
Ogoh-Ogoh, Simbol Keseimbangan dan Pembersihan Diri
Ogoh-ogoh bukan sekadar patung besar, melainkan simbol pengendalian diri terhadap nafsu dan keangkaramurkaan. Tradisi ini menjadi bentuk refleksi masyarakat Bali untuk menyeimbangkan unsur baik dan buruk dalam kehidupan, sekaligus memperingati nilai spiritual yang diwariskan leluhur.
Energi Kolektif yang Menyatukan Generasi
Dari anak muda hingga para tetua desa, semua bahu membahu menyelesaikan setiap detail karya — dari rangka, pewarnaan, hingga gerakan mekaniknya. Inilah momen di mana kebersamaan, seni, dan spiritualitas berpadu menjadi satu energi positif yang luar biasa.
🎥 Video oleh: @agusspermadi
💬 Sudah siap menyambut musim ogoh-ogoh tahun ini, semeton? Ceritakan keseruan di banjar kamu!
📲 Ikuti terus @balikami untuk liputan budaya, tradisi, dan momen istimewa seputar Bali.