Terletak di jantung Kota Denpasar, Catur Muka dikenal sebagai titik nol Kota Denpasar sekaligus salah satu landmark paling bersejarah di Bali. Kawasan ini menjadi pusat orientasi kota dan simbol keseimbangan antara empat arah mata angin yang mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Bali.
Di tengah kawasan ini berdiri Patung Catur Muka, karya seniman ternama I Gusti Nyoman Lempad, yang dibangun pada tahun 1973. Patung ini menggambarkan Dewa Brahma dengan empat wajah yang menghadap ke empat penjuru, melambangkan kebijaksanaan, keadilan, dan perlindungan bagi seluruh umat manusia. Tidak hanya memiliki nilai artistik tinggi, patung ini juga menjadi simbol keharmonisan dan keseimbangan hidup sesuai ajaran Hindu di Bali.
Sebagai titik nol Kota Denpasar, kawasan Catur Muka juga menjadi pusat kegiatan masyarakat. Di sekitarnya terdapat bangunan penting seperti Kantor Wali Kota Denpasar, Lapangan Puputan Badung, dan Pura Jagatnatha, menjadikannya area strategis sekaligus destinasi wisata sejarah dan budaya.
Bagi wisatawan, Catur Muka Denpasar menjadi tempat yang wajib dikunjungi untuk memahami identitas dan perjalanan panjang ibu kota Provinsi Bali. Kawasan ini tidak hanya memancarkan nilai historis, tetapi juga merepresentasikan semangat kota yang terus berkembang tanpa meninggalkan akar budayanya.
💡 Fakta Menarik:
Nama “Catur Muka” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti empat wajah, menggambarkan pandangan luas dan keseimbangan dalam memimpin serta melindungi masyarakat.
Kesimpulan:
Sebagai titik nol Kota Denpasar, Catur Muka bukan sekadar ikon kota, melainkan simbol filosofi kehidupan, sejarah, dan budaya Bali yang terus hidup di tengah modernisasi.