
Bayangkan badan pesawat sebagai sebuah kaleng soda yang raksasa. Kaleng ini harus menahan perbedaan tekanan yang sangat besar antara udara di dalam kabin (yang nyaman untuk penumpang) dan udara yang sangat tipis di ketinggian jelajah.
- Bentuk Bulat = Distribusi Tekanan yang Merata: Tekanan udara secara alami mendorong ke segala arah. Bentuk bulat atau oval pada jendela memungkinkan tekanan ini mengalir dengan lancar di sekelilingnya, tanpa terkumpul di satu titik. Bayangkan tekanan itu seperti air yang mengalir di atas permukaan halus; ia akan mengalir dengan mulus di sekitar lubang yang bulat.
- Bentuk Persegi = Titik Konsentrasi Stres: Jika jendela berbentuk persegi, tekanan akan “terjebak” di sudut-sudut tajamnya. Sudut-sejak adalah titik lemah yang menjadi tempat terkonsentrasinya gaya (stress concentration). Tekanan yang berulang-ulang (setiap kali lepas landas dan mendarat) akan terus mendorong sudut-sudut ini, yang pada akhirnya dapat menyebabkan retak bahkan kegagalan struktural (failure) pada badan pesawat.
Pelajaran dari Kecelakaan Penerbangan Sejarah
Alasan ini bukan hanya teori. Pada awal era jet komersial (seperti pesawat de Havilland Comet), pesawat memiliki jendela persegi. Sayangnya, setelah beberapa kali penerbangan, dua buah pesawat mengalami kelelahan logam (metal fatigue) yang dimulai dari sudut jendela, leading to decompression dan kecelakaan tragis. Investigasi menyimpulkan bahwa sudut jendela yang tajam adalah biang keladinya. Sejak saat itu, semua desain pesawat komersial menggunakan jendela bulat atau oval untuk keselamatan.
Jadi, bentuk bulat pada jendela pesawat bukanlah untuk estetika semata, melainkan solusi teknik yang brilian untuk:
- Mendistribusikan tekanan secara merata ke seluruh badan pesawat.
- Menghilangkan titik konsentrasi stres yang berbahaya (yaitu sudut-sudut tajam).
- Mempelajari dari sejarah untuk memastikan keselamatan penerbangan modern.
Bentuk sederhana itu menyelamatkan banyak nyawa. Itulah mengapa, di langit, bentuk bulat adalah bentuk yang paling aman.