Apa Itu Omed-Omedan?

Omed-omedan adalah tradisi tarik-menarik yang dilakukan oleh para pemuda dan pemudi dari Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, setiap hari raya Ngembak Geni, yaitu sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Kata “omed” sendiri dalam bahasa Bali berarti “tarik”. Jadi, Omed-omedan secara harfiah adalah “saling menarik”. Dalam praktiknya, para pemuda dan pemudi akan dibagi menjadi dua kelompok (laki-laki dan perempuan), lalu mereka saling tarik-menarik. Yang unik, saat seorang pemuda berhasil menarik seorang pemudi keluar dari barisan, mereka kemudian saling berpelukan dan mencium pipi di hadapan kerumunan yang bersorak.

Asal-Usul & Makna Filosofis

Tradisi ini dipercaya telah ada sejak abad ke-17. Konon, dulunya ada sepasang kekasih dari kerajaan yang dipisahkan. Sebelum berpisah, mereka saling berpelukan dan bercium. Tradisi Omed-omedan kemudian hadir untuk mengenang kisah tersebut.

Namun, makna filosofisnya yang lebih dalam adalah:

  1. Pemersatu Masyarakat: Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antarwarga, terutama generasi muda, setelah menjalani Hari Raya Nyepi yang penuh keheningan.
  2. Simbolisasi Keseimbangan: Tarik-menarik antara laki-laki dan perempuan melambangkan keseimbangan alam semesta, antara unsur purusa (maskulin) dan predana (feminin).
  3. Pembersihan & Awal Baru: Dipercaya dapat menolak bala dan membawa keberuntungan bagi desa. Setelah Nyepi, tradisi ini menjadi simbol pembersihan dan semangat baru untuk memulai tahun yang lebih baik.

Bagaimana Prosesi Omed-Omedan Berlangsung?

  1. Persiapan: Semua pemuda-pemudi Banjar Kaja yang berusia 17-30 tahun (belum menikah) berkumpul di halaman banjar.
  2. Pembukaan dengan Doa: Prosesi diawali dengan doa yang dipimpin oleh kelian banjar (kepala adat).
  3. Tarik-Menarik: Setelah bunyi kentongan, kedua kelompok saling tarik-menarik dengan riang gembira. Suasana sangat meriah dan ceria.
  4. “Cium” di Depan Umum: Pasangan yang berhasil ditarik keluar barisan akan berpelukan dan mencium pipi. Ini dilakukan dengan polos, riang, dan penuh tawa, bukan dengan nafsu.
  5. Percikan Air: Setelahnya, mereka akan diperciki air suci oleh pemangku adat sebagai simbol penyucian.

Penting untuk Dipahami:

  • Bukan Ajang Pornoaksi: Meski melibatkan kontak fisik, tradisi ini dilaksanakan dengan penuh kesakralan, tawa, dan keramahan. Nuansanya sangat berbeda dengan pandangan “cium massal” yang sensual.
  • Aturan Adat yang Kuat: Tradisi ini hanya boleh dilakukan oleh warga Banjar Kaja dan diatur dengan sangat ketat oleh adat setempat. Bukanlah atraksi yang bisa diikuti oleh sembarang orang.

Omed-omedan adalah bukti nyata bahwa tradisi Bali tidak melulu serius dan sakral, tetapi juga bisa ceria, menyenangkan, dan humanis. Ia adalah perpaduan unik antara ritual adat, permainan, dan fungsi sosial yang berhasil bertahan ratusan tahun. Tradisi ini menunjukkan bahwa kebersamaan dan kegembiraan adalah “obat” pemersatu yang manjur bagi sebuah komunitas. ❤️‍🩹


By Gusde

Leave a Reply