Di jantung Kota Denpasar, berdiri sebuah ruang hijau luas yang sarat akan makna perjuangan — Lapangan Puputan Renon.
Lebih dari sekadar tempat berolahraga atau bersantai, kawasan ini menyimpan kisah heroik tentang keberanian dan pengorbanan rakyat Bali dalam mempertahankan kemerdekaan.
Lapangan Puputan Renon mulai dibangun pada tahun 1983, di kawasan Renon, Denpasar, sebagai bentuk penghormatan terhadap semangat perlawanan rakyat Bali terhadap penjajahan.
Nama “Puputan” sendiri merujuk pada peristiwa heroik Perang Puputan Margarana (1946), di mana pasukan Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai memilih bertempur hingga titik darah penghabisan demi kehormatan bangsa.
Pembangunan lapangan ini berlangsung selama beberapa dekade dan baru diresmikan sepenuhnya pada tahun 2003 sebagai monumen bersejarah.
Di tengah lapangan berdiri megah Monumen Bajra Sandhi, bangunan monumental berbentuk bajra atau genta suci, yang menjadi simbol perjuangan spiritual dan fisik masyarakat Bali.
Di dalamnya tersimpan diorama sejarah Bali — dari masa prasejarah, masa kerajaan, hingga perjuangan kemerdekaan — menjadikannya museum edukatif yang menghubungkan masa lalu dengan generasi masa kini.
Kini, Lapangan Puputan Renon telah menjelma menjadi ruang publik multifungsi.
Setiap pagi dan sore, warga Denpasar memadati kawasan ini untuk berlari, bersepeda, atau sekadar duduk menikmati ketenangan suasana kota.
Banyak pula acara seni, budaya, hingga upacara kenegaraan yang digelar di sini, menjadikannya titik pertemuan antara sejarah dan kehidupan modern.
Menariknya, saat hujan deras mengguyur Denpasar, beberapa bagian lapangan akan tergenang air, membentuk pemandangan seperti danau kecil di tengah kota — memperlihatkan sisi lain keindahan Puputan Renon.
Lebih dari sekadar ruang terbuka, Lapangan Puputan Renon adalah saksi bisu perjuangan dan semangat hidup rakyat Bali — tempat di mana kenangan sejarah dan denyut kehidupan modern berpadu dalam harmoni yang menenangkan.