Monumen Nelayan Sanur Nokal merupakan salah satu monumen ikonik di kawasan pesisir Sanur, Bali. Monumen ini kerap menarik perhatian wisatawan maupun warga lokal, terutama karena penggunaan kata “Nokal” yang terdengar tidak umum dan sering membuat orang bertanya-tanya tentang maknanya.
Mungkin sebagian orang sempat salfok dengan kata “Nokal” yang tertera pada monumen tersebut. Kata ini memang bukan istilah yang umum digunakan dalam bahasa Bali modern maupun bahasa Indonesia sehari-hari.
Berdasarkan penelusuran yang dirangkum dari berbagai sumber, kata “Nokal” merupakan bentuk lokal atau varian dari kata “nokel” atau “nukal”. Istilah ini memiliki makna menarik, mengangkat, atau menghela sesuatu dengan tenaga.
Dalam konteks Monumen Nelayan Sanur Nokal, kata tersebut merujuk langsung pada aktivitas utama para nelayan. Aktivitas itu antara lain menarik jaring ikan dari laut serta mengangkat atau menarik perahu ke daratan setelah melaut. Gerakan tersebut menjadi gambaran nyata dari kehidupan nelayan pesisir Sanur.
Monumen ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda ruang publik, tetapi juga sebagai simbol kerja keras, kebersamaan, dan ketangguhan nelayan Sanur. Setiap detailnya menggambarkan perjuangan nelayan dalam menghadapi ombak dan cuaca demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
Keberadaan Monumen Nelayan Sanur Nokal juga menjadi pengingat akan kuatnya hubungan masyarakat pesisir Sanur dengan laut. Nilai-nilai lokal yang diangkat melalui istilah “Nokal” menunjukkan bagaimana bahasa dan budaya menyatu dalam karya monumental yang sarat makna.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Sanur, monumen ini bukan sekadar objek foto, melainkan representasi nyata dari identitas dan semangat nelayan Bali yang diwariskan dari generasi ke generasi.