Diorama Monumen Puputan menjadi salah satu karya budaya yang penuh makna dan berhasil menarik perhatian publik. Mengangkat sejarah perjuangan Bali, diorama ini menampilkan detail yang luar biasa, dipenuhi simbol-simbol perlawanan dan keberanian masyarakat Bali pada masa kolonial.

Yang membuat Diorama Monumen Puputan semakin istimewa adalah proses penciptaannya. Karya ini digarap oleh @marmarherrz bersama teman-teman disabilitas, yang terlibat langsung dalam rekonstruksi bentuk, tekstur, hingga elemen-elemen historis dalam monumen tersebut. Perpaduan antara kreativitas, ketekunan, dan kepekaan seni menjadikan diorama ini bukan hanya representasi sejarah, tetapi juga simbol inklusivitas dan pemberdayaan.

Diorama ini diresmikan pada tanggal 14 November 2025, bertepatan dengan Hari Raya Sugian Bali, sebuah momentum suci dalam kalender adat Bali yang melambangkan pembersihan diri dan penyucian alam. Pemilihan hari peresmian ini menambah kedalaman makna, seolah menjadi pengingat akan pentingnya merawat nilai-nilai perjuangan, kemurnian hati, dan kebersamaan.

Dengan detail yang kuat dan penuh cerita, Diorama Monumen Puputan bukan sekadar karya seni. Ia menjadi penghubung antara generasi masa kini dengan sejarah Bali, sekaligus bukti bahwa kreativitas tidak pernah dibatasi oleh kondisi fisik. Karya ini layak menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk terus menjaga warisan budaya dan menguatkan semangat inklusivitas.

Leave a Reply