Pernah melihat video viral di media sosial dengan tagar #larzobali atau #larzoporkribs? Ada sebuah momen menarik: sang bos meminta timnya untuk “kompak”. Lalu, terlihatlah adegan yang sepintas terlihat “tidak efisien”: mendorong satu kursi dilakukan tiga orang, membersihkan satu meja dikerjakan bareng-bareng. Secara logika, itu bisa diselesaikan satu orang dengan cepat. Tapi, mengapa mereka memilih untuk melakukannya bersama-sama?
Lebih dari Sekadar Kecepatan: Makna Dibalik Aksi “Kompak”
Di dunia yang serba mengejar target, membagi tugas sederhana ke beberapa orang terlihat seperti pemborasan sumber daya. Namun, perintah “kompak” itu punya pesan yang lebih dalam. Ini bukan semata tentang menyelesaikan pekerjaan fisik dengan lebih cepat, melainkan tentang membangun rasa kebersamaan, kesatuan tim, dan budaya gotong royong.
Ketika tiga orang mendorong satu kursi, yang terjadi sebenarnya adalah latihan koordinasi, komunikasi non-verbal, dan penciptaan memori bersama yang memperkuat ikatan tim.
Pelajaran Kepemimpinan: Fokus pada Tim, Bukan Hanya Tugas
Aksi sang bos adalah contoh kepemimpinan yang cerdas. Dengan meminta timnya kompak dalam hal kecil, dia sedang:
- Menurunkan Ego: Tidak ada yang merasa paling berjasa.
- Menciptakan Kesetaraan: Semua berkontribusi pada tujuan yang sama.
- Menanamkan Nilai “Kita”: Pesan ini akan terbawa saat menghadapi tugas besar yang memang butuh kolaborasi sungguhan.
Penerapan di Dunia Kerja: Kompak dalam Aksi
Prinsip ini bisa diterapkan di mana saja. “Kompak” bisa berarti:
- Brainstorming bersama untuk satu masalah.
- Menyiapkan presentasi secara berkelompok.
- Merapikan area kerja bersama-sama di akhir hari.
Intinya adalah membiasakan diri untuk berpikir dan bertindak sebagai satu kesatuan.