Suara deburan ombak telah lama dianggap sebagai salah satu bentuk terapi alami yang memberikan efek menenangkan bagi banyak orang. Gelombang yang berulang menciptakan ritme yang stabil, mirip dengan teknik meditasi atau terapi suara, membantu pikiran masuk dalam keadaan relaksasi. Tak heran jika banyak orang memilih pantai sebagai tempat untuk melepas stres dan mengembalikan energi.

Namun, di balik kesan menenangkan itu, tidak semua orang merasakan hal yang sama. Bagi sebagian orang, suara ombak justru bisa memicu ketakutan yang mendalam. Fobia terhadap laut dan ombak, yang dikenal sebagai thalassophobia, membuat individu merasa cemas atau tidak nyaman ketika berhadapan dengan lautan luas. Ketakutan ini bisa muncul dari berbagai faktor, seperti pengalaman traumatis di laut, rasa tidak tahu akan apa yang tersembunyi di bawah permukaan air, hingga sensasi kehilangan kendali di tengah arus yang kuat.

Menariknya, fenomena ini menunjukkan betapa uniknya hubungan manusia dengan alam. Lingkungan yang bagi sebagian orang menjadi sumber ketenangan, justru dapat menimbulkan kecemasan bagi yang lain. Laut dan ombak adalah contoh nyata bagaimana alam bisa menjadi dua hal sekaligus: penyembuh dan pengingat akan keterbatasan manusia.

Kesadaran akan perbedaan ini penting, agar kita dapat lebih memahami pengalaman orang lain dan menciptakan ruang yang lebih inklusif. Jika suara ombak menenangkan, manfaatkan momen itu untuk bermeditasi, bernapas dalam, atau sekadar berjalan santai di tepi pantai. Namun jika suara itu justru memicu rasa takut, kenali pemicunya dan praktikkan teknik grounding sederhana seperti menghitung napas atau fokus pada hal-hal di sekitar.

Pada akhirnya, laut mengajarkan kita bahwa setiap manusia memiliki cara yang berbeda untuk berdamai dengan alam. Suara ombak bisa menjadi lagu penyembuh bagi sebagian, namun juga menjadi gema yang mengingatkan pada rasa takut terdalam bagi yang lain. Dan di situlah keindahan hubungan manusia dengan alam — penuh makna, berlapis, dan selalu mengundang untuk dipahami lebih dalam.

By Brian